Jumat, 22 April 2022

Pentingnya Memahami Keanekaragaman Hayati untuk Ketahanan Pangan

 


Hai haai, apa kabar semua? Semoga tetap sehat ya dan tetap fit juga. Hmm, di bulan Ramadhan ini, terutama di Indonesia, meskipun puasa, tapi kegiatan kulineran masih tetap berjalan ya. Terutama menjelang buka puasa, yang sering kita sebut ngabuburit.

Anyway, berbicara soal makanan dan bahan pangan, mungkin selama ini kita mengenal beberapa jenis bahan pangan yang-sangat familiar-dan digunakan oleh hampir seluruh penduduk di Indonesia. Seperti beras, atau kebutuhan pokok pangan lain seperti gula, minyak goreng (yang sedang mahal-mahalnya), dan masih banyak lagi.

Tapi kayaknya gak cuma harga minyak goreng ya yang meroket, melainkan hampir seluruh kebutuhan/komoditas pangan dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Sementara itu, berdasarkan data yang dihimpun oleh databoks.id, Global Food Security Index (GFSI) mencatat bahwa skor indeks ketahanan pangan di Indonesia di tahun 2021 adalah sebesar 59,2 atau peringkat 69 dari 113 negara, turun sekitar 2,2 poin dari tahun 2020 yang skornya mencapai 61,4.

Loh kok peringkatnya ga bagus? Katanya negara dengan iklim tropis yang kaya?

Yup, ngomongin soal kekayaan alam, Indonesia berani diadu. Mulai dari kekayaan sumberdaya energi dan mineral, sampai dengan kekayaan keanekaragaman hayatinya. Sayangnya, kebutuhan akan pangan yang semakin meningkat ini tidak diimbangi dengan supply-shed nya, karena jenis komoditas yang diedarkan di pasaran ya “itu-itu saja”. Padahal, keanekaragaman hayati di Indonesia luar biasa loh!

Bicara soal keanekaragaman hayati atau kehati, minggu lalu, #EcoBloggerSquad mengadakan online gathering yang membahas secara khusus dan cukup detil mengenai pengantar keanekaragaman hayati. Materi disampaikan oleh Ibu Rika Anggraini, Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan Kehati.

Online Gathering bersama Yayasan Kehati (sc: EBS)

Sebenernya apa sih, keanekaragaman hayati itu?

Keanekaragaman hayati, atau biodiversitas (biodiversity) merupakan variasi dan variabilitas kehidupan di bumi di semua tingkat sistem biologis, termasuk molekul, organisme, populasi, spesies, dan ekosistem.

Nah ini adalah gambar contoh perbedaan di tingkatan kehati:

 

Tingkatan kehati (sc: Yayasan Kehati)

Bisa dilihat kan, ya? Mulai dari tingkatan ekosistem, spesies, dan genetik… semuanya kaya dan penuh penciri; dan tentu memiliki manfaat yang luar biasa bagi kita manusia asalkan dikelola dengan sebaik dan sebijak mungkin. Disinilah arti dari keanekaragaman hayati sebagai sistem penunjang kehidupan, karena tidak dimungkiri bahwa kita memperoleh obat-obatan, meakukan aktivitas perkebunan, pertanian, dan mencari sumber pangan adalah juga dari “jasa” keanekaragaman hayati.

Selain sebagai sistem penunjang kehidupan, kehati juga memiliki peran dalam jasa lingkungan hidup, diantaranya: Menyediakan sumberdaya air dan mengatur tata air tanah, menjaga dan melindungi kesuburan tanah, menyerap karbon dan menjaga stabilitas iklim, mengurai dan menyerap polusi udara, memelihara kelestarian ekosistem, dan menjaga keseimbangan kehidupan manusia dengan alam.

Wah mantep, banyak dan vital banget gak tuh?? Wkwk

Nah balik lagi sama judul topik diatas. Apasih hubungannya kehati dengan ketahanan pangan?

As we mentioned above, gak semua komoditas pangan itu memiliki supply-shed yang bagus. Kadang terjadi kelangkaan yang menyebabkan harga komoditas tertentu naik sekali (meskipun sebenernya ketersediannya melimpah seperti bahan minyak goreng, eh). Nah ketika terjadi (amit-amit) kelangkaan sumber pangan, atau harganya tidak terjangkau, maka disinilah pentingnya memahami dan mengetahui keanekaragaman hayati; bahwa ada banyak sekali alternatif substitusi pemenuhan kebutuhan pangan.

Misalnya: kita gak selalu harus mengonsumsi beras, bisa juga disubstitusi dengan singkong, jagung, sorgum, atau sumber karbohidrat lainnya. Begitu pula dengan ikan; misal kita ingin mendapatkan ikan dengan kandungan omega 3 yang tinggi; gak harus ikan salmon yang harganya mahal; ikan gembung pun bisa. Hehe

Atau misal lagi nih, minyak goreng sawit yang langka dan mahal, kita ga harus terus menggoreng kok, bisa direbus juga *eehhh ga harus menggunakan minyak goreng sawit jika kita bisa mensubstitusinya dengan minyak kelapa, misalnya. Kan sesama dari keluarga palmae juga kaann.. hihi

Sc: boredpanda

Nah, ternyata, Indonesia ini kayaaa banget! Saking kayanya, Indonesia memiliki 17% dari seluruh jumlah spesies di dunia (padahal Indonesia luasannya cuma 1,3% dari wilayah permukaan bumi); dan untuk bahan pangan sendiri, kita memiliki berbagai jenis flora dan fauna yang sangat banyak; mungkin kalau kita mngetahui semuanya, mungkin kita akan bingung mau mensubtitusi bahan A dengan bahan atau sumber pangan yang mana. Karena apa? Karena saking banyaknya!

keanekaragaman pangan (sc: Yayasan Kehati)

Selain untuk substitusi bahan pangan, keanekaragaman hayati di level genetik juga sangat membuat kita amaze dengan ciptaan Tuhan. Contohnya pisang. Kita bahkan bisa bebas memilih mau pisang kapok, pisang raja, pisang ulin, pisang barangan, dan lain-lain ketika di pasar! Rasa dan penggunaannya pun bisa berbeda-beda tergantung selera.

beranekargam jenis pisang (sc: Yayasan Kehati)

Nah kan, bisa dibayangkan kalau keanekaragaman hayati kita semakin menurun, apa yang akan terjadi? Yup. Ketidakseimbangan ekosistem dan bahkan dapat mengakibatkan kelangkaan komoditas. Belum lagi perubahan iklim yang semakin mengancam bumi dan lingkungan.. after effect nya pasti akan sangat banyak, bahkan bagi keberlangsungan hidup kita sendiri.

Oleh karena itu, yuk sama-sama kita sadar akan pentingnya kelestarian keanekaragaman hayati melalui pendidikan berbasis keanekaragaman hayati sejak dini; menerapkan gaya hidup ramah lingkungan, serta bersama-sama menjadi “agent of change” yang konsisten mendorong adanya perubahan di masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan.

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar