Hai haai, apa
kabar semua? Semoga tetap sehat ya dan tetap fit juga. Hmm, di bulan Ramadhan ini,
terutama di Indonesia, meskipun puasa, tapi kegiatan kulineran masih tetap
berjalan ya. Terutama menjelang buka puasa, yang sering kita sebut ngabuburit.
Anyway, berbicara
soal makanan dan bahan pangan, mungkin selama ini kita mengenal beberapa jenis
bahan pangan yang-sangat familiar-dan digunakan oleh hampir seluruh penduduk di
Indonesia. Seperti beras, atau kebutuhan pokok pangan lain seperti gula, minyak
goreng (yang sedang mahal-mahalnya), dan masih banyak lagi.
Tapi kayaknya
gak cuma harga minyak goreng ya yang meroket, melainkan hampir seluruh
kebutuhan/komoditas pangan dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Sementara
itu, berdasarkan data yang dihimpun oleh databoks.id, Global Food Security Index
(GFSI) mencatat bahwa skor indeks ketahanan pangan di Indonesia di tahun 2021 adalah
sebesar 59,2 atau peringkat 69 dari 113 negara, turun sekitar 2,2 poin dari
tahun 2020 yang skornya mencapai 61,4.
Loh kok peringkatnya ga bagus? Katanya negara dengan iklim tropis yang kaya?
Yup,
ngomongin soal kekayaan alam, Indonesia berani diadu. Mulai dari kekayaan
sumberdaya energi dan mineral, sampai dengan kekayaan keanekaragaman hayatinya.
Sayangnya, kebutuhan akan pangan yang semakin meningkat ini tidak diimbangi
dengan supply-shed nya, karena jenis komoditas yang diedarkan di pasaran ya “itu-itu
saja”. Padahal, keanekaragaman hayati di Indonesia luar biasa loh!
Bicara soal
keanekaragaman hayati atau kehati, minggu lalu, #EcoBloggerSquad
mengadakan online gathering yang membahas secara khusus dan cukup detil
mengenai pengantar keanekaragaman hayati. Materi disampaikan oleh Ibu Rika
Anggraini, Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan Kehati.
Online Gathering bersama Yayasan Kehati (sc: EBS) |
Sebenernya apa
sih, keanekaragaman hayati itu?
Keanekaragaman
hayati, atau biodiversitas (biodiversity) merupakan variasi dan
variabilitas kehidupan di bumi di semua tingkat sistem biologis, termasuk
molekul, organisme, populasi, spesies, dan ekosistem.
Nah ini adalah
gambar contoh perbedaan di tingkatan kehati:
Tingkatan kehati (sc: Yayasan Kehati)
Bisa dilihat
kan, ya? Mulai dari tingkatan ekosistem, spesies, dan genetik… semuanya kaya dan
penuh penciri; dan tentu memiliki manfaat yang luar biasa bagi kita manusia
asalkan dikelola dengan sebaik dan sebijak mungkin. Disinilah arti dari keanekaragaman
hayati sebagai sistem penunjang kehidupan, karena tidak dimungkiri bahwa kita
memperoleh obat-obatan, meakukan aktivitas perkebunan, pertanian, dan mencari
sumber pangan adalah juga dari “jasa” keanekaragaman hayati.
Selain sebagai
sistem penunjang kehidupan, kehati juga memiliki peran dalam jasa lingkungan
hidup, diantaranya: Menyediakan sumberdaya air dan mengatur tata air tanah, menjaga
dan melindungi kesuburan tanah, menyerap karbon dan menjaga stabilitas iklim, mengurai
dan menyerap polusi udara, memelihara kelestarian ekosistem, dan menjaga
keseimbangan kehidupan manusia dengan alam.
Wah mantep, banyak dan vital banget gak tuh?? Wkwk
Nah balik
lagi sama judul topik diatas. Apasih hubungannya kehati dengan ketahanan
pangan?
As we
mentioned above, gak
semua komoditas pangan itu memiliki supply-shed yang bagus. Kadang terjadi
kelangkaan yang menyebabkan harga komoditas tertentu naik sekali (meskipun sebenernya
ketersediannya melimpah seperti bahan minyak goreng, eh). Nah ketika
terjadi (amit-amit) kelangkaan sumber pangan, atau harganya tidak terjangkau, maka
disinilah pentingnya memahami dan mengetahui keanekaragaman hayati; bahwa ada
banyak sekali alternatif substitusi pemenuhan kebutuhan pangan.
Misalnya:
kita gak selalu harus mengonsumsi beras, bisa juga disubstitusi dengan singkong,
jagung, sorgum, atau sumber karbohidrat lainnya. Begitu pula dengan ikan; misal
kita ingin mendapatkan ikan dengan kandungan omega 3 yang tinggi; gak harus
ikan salmon yang harganya mahal; ikan gembung pun bisa. Hehe
Atau misal
lagi nih, minyak goreng sawit yang langka dan mahal, kita ga harus terus
menggoreng kok, bisa direbus juga *eehhh ga harus menggunakan
minyak goreng sawit jika kita bisa mensubstitusinya dengan minyak kelapa,
misalnya. Kan sesama dari keluarga palmae juga kaann.. hihi
Sc: boredpanda |
Nah, ternyata,
Indonesia ini kayaaa banget! Saking kayanya, Indonesia memiliki 17% dari seluruh
jumlah spesies di dunia (padahal Indonesia luasannya cuma 1,3% dari wilayah
permukaan bumi); dan untuk bahan pangan sendiri, kita memiliki berbagai jenis flora
dan fauna yang sangat banyak; mungkin kalau kita mngetahui semuanya, mungkin
kita akan bingung mau mensubtitusi bahan A dengan bahan atau sumber pangan yang
mana. Karena apa? Karena saking banyaknya!
keanekaragaman pangan (sc: Yayasan Kehati) |
Selain untuk
substitusi bahan pangan, keanekaragaman hayati di level genetik juga sangat
membuat kita amaze dengan ciptaan Tuhan. Contohnya pisang. Kita bahkan
bisa bebas memilih mau pisang kapok, pisang raja, pisang ulin, pisang barangan,
dan lain-lain ketika di pasar! Rasa dan penggunaannya pun bisa berbeda-beda
tergantung selera.
beranekargam jenis pisang (sc: Yayasan Kehati) |
Nah kan,
bisa dibayangkan kalau keanekaragaman hayati kita semakin menurun, apa yang
akan terjadi? Yup. Ketidakseimbangan ekosistem dan bahkan dapat mengakibatkan
kelangkaan komoditas. Belum lagi perubahan iklim yang semakin mengancam bumi
dan lingkungan.. after effect nya pasti akan sangat banyak, bahkan bagi
keberlangsungan hidup kita sendiri.
Oleh karena
itu, yuk sama-sama kita sadar akan pentingnya kelestarian keanekaragaman hayati
melalui pendidikan berbasis keanekaragaman hayati sejak dini; menerapkan gaya
hidup ramah lingkungan, serta bersama-sama menjadi “agent of change” yang
konsisten mendorong adanya perubahan di masyarakat untuk lebih peduli terhadap
lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar