Istilah “cantik” hampir selalu dikaitkan dengan keindahan kaum wanita. Meskipun jika ditanya tentang definisi kecantikan jawabannya bisa beranekaragam, namun kecantikan menjadi hal yang lumrah diidamkan oleh setiap wanita. Sigma Research[1] (dikutip dari halodoc.com) menyebutkan bahwa terdapat tiga kategori penilaian untuk definisi kecantikan. Diantaranya adalah Brain, Beauty, Behaviour. Brain merupakan penilaian berdasarkan kemampuan intelektual, Beauty lebih ditekankan ke aspek fisik, sementara itu Behaviour lebih mengarah pada penilaian karakter dan perilaku. Meskipun 3 aspek tersebut memainkan peranan penting dalam penilaian kecantikan, aspek “beauty” yang lebih mudah untuk dilihat melalui panca indera, memerankan porsi yang besar dalam menentukan standar kecantikan.
Maka tidak
heran jika produk yang menawarkan perawatan tubuh dan kecantikan menjadi kian
marak di pasaran. Mulai dari perawatan rambut, wajah, hingga seluruh tubuh. Jenis
produknya pun beranekaragam, namun yang sedang “happening” saat ini hingga hampir
setiap wanita “aware” terhadapnya adalah skincare, terutama perawatan
wajah; dimana banyak sekali produk yang bisa digunakan step-by-step untuk
menghasilkan kulit glowing sesuai yang diinginkan. Namun demikian, bukan
berarti perawatan tubuh dan rambut dapat dikesampingkan; berbagai macam jenis
shampoo, body scrub, body butter, body lotion, aneka sabun, perfumery, dan lain
sebagainya …. Terlihat sangat menggiurkan untuk digunakan.
Namun, pernahkah kita berfikir tentang darimana asal muasal semua produk itu?
Adalah Chain
of Custody atau rantai ketertelurusan. Konsep sederhananya adalah menelusur
sebuah produk dari sumber paling hulu barang produksi tersebut[2].
Sebagian besar
produk kecantikan menggunakan komponen bahan baku utama minyak, surfaktan, dan
emulsifier. Namun disini, minyak menjadi komponen bahan baku yang disoroti. Mengapa
demikian?
Komponen minyak yang digunakan dalam produk kecantikan umumnya terbagi menjadi 3, yakni minyak nabati, minyak mineral, dan minyak sintesis. Minyak mineral saat ini tidak banyak digunakan karena beberapa kandungannya sukar terurai dan dapat membahayakan tubuh, sehingga industri kosmetik banyak menggunakan minyak nabati karena selain mudah didapatkan, minyak nabati juga bebas dari senyawa hidrokarbon polisiklik dan dinilai aman bagi kesehatan.
produk parfum, coba cek apakah terdapat kandungan minyak nabatinya? |
deodorant, mengandung produk turunan sawit |
hampir semua jenis sabun yang diproduksi oleh industri FMCG menggunakan produk dari sawit |
lotion pun demikian hihi |
Sumber minyak
nabati di dunia sangat beranekaragam. Di dunia, terdapat 277 juta hektar lahan
untuk produksi minyak nabati. 4 terbesar minyak nabati yang diproduksi
diantaranya adalah dari komoditas kedelai (122 juta ha – 45,8 juta ton minyak);
rapeseed (36 juta ha – 25,8 juta ton minyak); bunga matahari (25 juta ha – 15,9
juta ton minyak); dan kelapa sawit (16 juta ha – 65 juta ton minyak).[3]
berbagai jenis minyak nabati |
Berdasarkan
data di atas, kelapa sawit menjadi komoditas yang sangat menggiurkan karena menghasilkan
minyak nabati paling banyak sekaligus menghasilkan produk turunan yang
merupakan bahan baku hampir di semua lini produksi (makanan, kosmetik, industri).
Namun demikian, industri rantai pasok sawit juga disoroti keberlanjutannya. Beberapa
faktor dibalik seruan minyak sawit berkelanjutan adalah: deforestasi, gambut
(peat), dan HAM. Deforestasi berkaitan erat dengan keanekaragaman hayati dan
perubahan iklim; gambut berkaitan dengan subsidence, hidrologi, dan emisi;
sementara HAM berkaitan erat dengan tenurial dan tenaga kerja.
concern sawit berkelanjutan di aspek lingkungan dan HAM |
Hal ini
menyebabkan adanya “market awareness” terhadap produk yang mengandung minyak
kelapa sawit. Beberapa negara mengecam produk kelapa sawit yang tidak
berkelanjutan, bahkan resistensi pasar juga mengeluarkan boycott palm oil
karena komoditas sawit dianggap tidak ramah lingkungan dan menjadi faktor
penyumbang deforestasi terbesar di dunia.
Contoh aksi boycott palm oil (sumber: https://greenhillcoffeeroasters.co.uk/ ) |
Beberapa cara
ditempuh agar menemukan jalan tengah antara komoditas ekonomi dan keberlanjutan
lingkungan. Salah satunya adalah sistem sertifikasi sawit berkelanjutan. Pelaku industri besar
dunia telah berkomitmen dalam pengurangan rantai pasok sawit yang tidak
berkelanjutan. Di lain sisi, kesadaran masyarakat mengenai produk ramah
lingkungan semakin meningkat. Salah satunya di bidang industri
kosmetik/kecantikan.
Saat ini
banyak sekali produk kosmetik/body care yang menyuarakan bahan baku alami yang
berkelanjutan. Mereka menggunakan bahan-bahan alami seperti minyak kelapa,
minyak zaitun, oryza sativa/beras, zea mays/jagung, canolla oil, dan lain sebagainya
untuk meminimalisir penggunaan produk turunan kelapa sawit baik stearin maupun
olein.
Produk-produk
tersebut sudah banyak ditemukan di pasaran. Namun karena sumber bahan baku
alami dan pengolahan yang tidak mudah – tidak semudah industri skala besar –
harga produk-produk ramah lingkungan ini cenderung tinggi dan tidak dapat dijangkau
oleh semua elemen masyarakat. Terutama masyarakat menengah ke bawah. Sehingga tidak
dipungkiri bahwa penggunaan minyak sawit masih sangat tinggi (ditambah lagi
dengan harga produk yang lebih ekonomis).
Oleh karena
itu, menjadi cantik berkelanjutan yang ramah lingkungan, selain dilakukan
dengan menggunakan produk kosmetik yang berkelanjutan, dapat juga dilakukan
dengan beberapa alternatif.
3 komponen
#CantikBerkelanjutan dapat ditempuh dengan cara #RawatKulit, #RawatRaga, #RawatPikiran.
#RawatKulit
#RawatKulit
yang dimaksudkan disini adalah merawat bagian terluar dari tubuh kita, baik
kulit wajah, kulit badan, maupun rambut. Saat ini banyak sekali produk yang
memberikan penawaran perawatan untuk kulit tubuh. Hal yang perlu diketahui sebelum
memilih produk yang akan kita gunakan untuk #CantikBerkelanjutan adalah:
cermati
bahan baku yang digunakan. Biasanya, kandungan bahan baku yang digunakan
tertera berurutan dari kandungan terbesar ke yang terkecil di komposisi produk.
Pastikan bahwa pemilihan produk itu tidak melanggar prinsip yang kita anut
(misalkan menghindari paraben, SLS, atau semacamnya). Di lain sisi, kita juga harus
cermat dalam memilih produk yang sesuai. Kita juga bisa menerapkan clean
beauty (penggunaan bahan bahan bersih – tidak beracun).
apabila
secara ekonomi mampu untuk menggunakan produk olahan alami yang tersedia di
pasar, that’s good! Namun apabila hendak menggunakan bahan alami dari komoditas
lokal yang diolah secara mandiri (DIY), juga akan sangat bermanfaat!
Beberapa bahan/komoditas
lokal yang dapat kita peroleh dan manfaatkan dengan mudah untuk perawatan wajah
dan tubuh adalah:
- Madu
Madu dapat digunakan secara langsung sebagai masker wajah. Senyawa humektan dalam madu dipercaya dapat merawat kulit wajah secara alami. Penggunaan madu juga dapat dicampurkan dengan gula. Fungsinya adalah sebagai eksfoliasi alami untuk mengangkat sel-sel kulit mati.
madu dan gula (sc: dokumentasi pribadi) |
- Gula
Gula dikenal sebagai bahan yang dapat digunakan untuk scrub, baik badan, bibir, maupun wajah. Umumnya, gula tidak digunakan secara tunggal. Namun dicampur dengan bahan yang lain. Misalnya sugar wax untuk membersihkan bulu di beberapa bagian tubuh. - Kopi
Kandungan kafein dalam kopi juga dipercaya bermanfaat untuk kesehatan kulit wajah/tubuh. Ampas kopi dapat dimanfaatkan sebagai masker wajah dan juga masker tubuh. Kita dapat menggunakan aloe vera gel atau susu sebagai bahan campurannya.
ampas kopi bandung (sc: dokumentasi pribadi) |
·
- Susu
Susu dikenal sejak dahulu kala sebagai salah satu produk yang bermanfaat bagi tubuh dan kecantikan. Penggunaan masker susu maupun lulur susu dipercaya dapat mencerahkan kulit dan menjaga kekenyalan kulit. - Pisang
Kandungan vitamin kompleks dalam pisang dipercaya dapat membantu mencegah penuaan dini dan juga mencerahkan kulit[4]. Cara pakainya cukup mudah, yaitu dengan cara menghancurkan pisang yang sudah matang, kemudian mencampurnya dengan madu/susu kemudian mengoleskannya ke wajah sebagai masker atau ke tubuh sebagai lulur, lalu didiamkan 15-20 menit sebelum dibilas.
·
Pisang Borangan Sumatera Utara (sc: dokumentasi pribadi) |
- Putih Telur
Saat memasak, biasanya tersisa putih telur yang tidak lagi digunakan. Putih telur dapat dioleskan ke wajah atau di bagian hidung untuk membantu membersihkan komedo dan mengencangkan kulit[5].
Tidak hanya wajah dan kulit tubuh, rambut pun perlu perawatan. Biasanya yang menjadi masalah adalah rambut kering, rambut rontok, dan ketombe. Terdapat beberapa life-hack untuk mengatasi hal tersebut. Salah satunya adalah mengoleskan minyak zaitun/minyak kemiri satu jam sebelum keramas atau semalaman sebelum keramas keesokan harinya.
Begitu pula
dengan beberapa bagian tubuh wanita yang memerlukan perawatan khusus—seperti ketiak
dan Ms V. meskipun tidak terlihat, bagian ini justru rawan dilupakan
perawatannya. Kita dapat membersihkan dua area tersebut secara rutin. Untuk ketiak,
cabut/cukur/waxing lah bulu ketiak secara rutin, dan gunakan deodorant (alami:
mineral magnesium kompleks). Dan untuk Ms V, kita bisa merawatnya dan
meminimalisir penggelapan bagian tersebut dengan mengelap/mengeringkannya
setelah buang air. penggunaan tissue disini juga dapat diminimalisir dengan
menggantinya ke handuk khusus area V. selain itu, penggunaan godogan daun sirih
untuk membersihkan area V juga dapat membantu mengurangi masalah Ms V.
intinya, merawat kulit dan tubuh juga tidak dapat dipisahkan dengan menjaga kebersihan! :)
#RawatRaga
Cantik permukaan
saja katanya tidak cukup. Tubuh juga perlu dinutrisi dari dalam. Makanan yang
kita makan dan olah tubuh menjadi dua hal krusial.
Pernah mendengar
Clean Eating? Beberapa jurnal dan
penelitian mengungkapkan salah satu metode diet dan menjaga kesehatan yakni
dengan Clean Eating. Eits, diet disini bukan berarti menguruskan tubuh saja ya!
Tapi mulai mengonsumsi makanan yang proses pengolaannya tidak panjang, serta
bahan yang digunakan adalah bahan baku segar komoditas lokal.
Clean Eating
dapat dilakukan
dengan memasak masakan sederhana seperti sayur, lauk, dan aneka buah. Biasanya menggunakan
sambal sebagai dressing. Selain ramah di tubuh dan mudah didapatkan, kebiasaan Clean
Eating juga dapat mendorong pengembangan ekonomi lokal, karena bahan baku
yang digunakan umumnya bersumber dari sekitar tempat kita sendiri dan dihasilkan
oleh petani lokal serta juga tersedia di berbagai marketplace seperti
supermarket, pasar tradisional, hingga pedagang sayur keliling, sehingga dapat
mendukung perputaran ekonomi lokal. Contoh bahan baku clean eating adalah: kangkung,
bayam, sawi, tempe, tahu, telur, daging, ikan, buah-buahan lokal (pisang, papaya,
jeruk nipis dll) dan lain-lain yang diproses secara sederhana.
jeruk nipis peras hangat, bersumber dari petani lokal (Sc: dokumentasi pribadi) |
contoh lauk untuk clean eating: teri, kubis ungu, sambal. for more menus kindly check: instagram.com/dapurfutty (sc: dokumentasi pribadi) |
Halodoc menyebutkan
ada 4 alasan utama clean eating perlu dilakukan, diantaranya: meningkatkan
energi, meningkatkan kesehatan kardiovaskular, mencegah kanker, dan
meningkatkan kesehatan mental.[6]
Selain memperhatikan
asupan gizi dan nutrisi pada tubuh, kita juga perlu melakukan olahraga. Saat ini
olahraga dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun. Banyak juga tersedia kelas
online untuk yoga, senam dan lain sebagainya. Namun apabila secara finansial
ingin lebih ekonomis (re: gratis), dapat memanfaatkan sumber dari youtube untuk
senam atau panduan olahraga di rumah selama pandemic.
olahraga untuk menjaga kesehatan dan kecantikan (sc: dokumentasi pribadi) |
#RawatPikiran
membaca buku & berdiskusi (sc: dokumentasi pribadi) |
Dari luar sudah
bersih, badan juga sehat dan terjaga nutrisinya, eits! Jangan ketinggalan
menutrisi pikiran dan perasaan. Membaca buku dan berita, mengikuti perkembangan
isu terkini, berdiskusi, dan berdialog dapat membantu kita meningkatkan wawasan
agar lebih luas.
Apabila wawasan lebih luas, tentu kita bisa
meminimalisir pikiran-pikiran negative yang muncul dan bisa fokus untuk berproses
atau mengembangkan diri. Banyak yang mengatakan bahwa yang didalam akan
memancarkan keluar (re: inner beauty), oleh karena itu, perlu bagi kita untuk
senantiasa membuka diri terhadap ilmu pengetahuan dan juga tidak berhenti untuk
terus belajar. Belajar dari apapun dan dari manapun, baik muda maupun tua. Karena
toh tidak ada Batasan usia untuk belajar, bukan?
Jadi, sudah siap untuk #CantikBerkelanjutan?
Cantik tidak hanya secara harfiah, namun juga secara esensial pemaknaan.
Cantik yang berkelanjutan berarti cantik secara cerdas
berkesadaran: cerdas dalam memilih produk kecantikan --- tau bahan baku yang
digunakan dan yang dipilih serta dampak yang ditimbulkan, cerdas dalam merawat
diri----lingkungan terjaga, serta cerdas dalam mengelola pikiran. Ibarat kata, Brain,
Beauty, Behaviour dalam satu paket!
Yang perlu kita
ingat adalah: pilihan diluar sana terkait trend dan produk kecantikan sangatlah
banyak. Dan tergantung mau pilih yang mana? Namun apapun yang kita pilih,
semoga pilihan itu baik untuk diri sendiri, bermanfaat bagi orang lain, dan juga
lingkungan sekitar.
Mari menjadi cantik dan sekaligus melestari!
<iframe width=”560″ height=”315″ src=”https://www.youtube.com/embed/qnw6p2slxxQ” frameborder=”0″ allow=”accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture” allowfullscreen></iframe>
#LestarikanCantikmu
#LTKLxMadanixBPN
#BlogCompetitionSeries
#Temenanlagi
[1] https://www.halodoc.com/kesehatan/kecantikan
[2] Yudiarto, Mim. 2017. Kebijakan
NDPE: membangun kurikulum hingga implementasi di lapangan. Bogor: IPB Press
[3] Oil World Statistic 2017. https://www.oilworld.biz/t/publications/annual
[6] https://www.halodoc.com/artikel/ini-4-alasan-clean-eating-baik-dilakukan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar